Sabtu, 22 Juni 2013

BPH (Benigna Prostate Hyperplasia)

Hasil kesimpulan saya untuk seminar pada tanggal 22 Juni 2013 berhubungan dengan Benign Prostate Hiperplasia (pembesaran kelenjar prostate).


dari segi ETIOLOGI memang banyak penyebab yang berhubungan dengan BPH ini, tetapi banyak kasus cenderung disebabkan oleh meningkatnya kadar hormone Testoteron secara abnormal, sehingga meningkatkan respon-respon dalam tubuh,salah satunya respon sintesa protein yang menyebabkan hyperplasia kelenjar prostat

PEMERIKSAAN FISIK, pemeriksaan yang paling dianjurkan adalah DRE (Digital Rectal Examination) yang bertujua untuk membedakan apakah bersifat jinak atau ganas, untuk mengetahui ukuran, nodule , dan teksture dari prostate itu sendiri


TREATMENT, untuk treatment dapat dilakukan berdasarkan scorring system dengan menggunakan IPSS (Iternational  Prostate Symptom Score) yaitu :
-          Untuk category ringan, dengan nilai IPSS 0-7 , bisa dengan rawat jalan saja, didukung dengan control pada dokter specialis secara rutin,
-          Untuk kategori sedang, dengan nilai IPSS 8-19 ,biasanya mendapatkan terapi  alpha adrenergic blocker seperti Doxazosin dan terazosin
-          Untuk category berat, dengan nilai IPSS 20-35, yaitu dengan terapi pembedahan yang biasa dikenal dengan TUR-P (Trans Uretral Resection Prostate)

TREATMENT ALTERNATIF, Penyakit jaantung serta penyakit vital lainnya sangat kontraindikasi terhadap beberapa treatment yang ada, dan pilihan alternative lain yaitu dengan menggunakan Balon Dilatasi.

(narasumber : dr.Eka Yudha Rahman, M.kes, Sp.U)
mohon kemaklumannya jika ada kekurangan, karena postingan sekedar kesimpulan


Selasa, 18 Juni 2013

BAB II
THEORITICAL BACKGROUND


A.    Anatomi dan Fisiologi Sistem Urinarius


System Urinari


(sumber : zianarmie.wordpress.com)

Ginjal



                                             (sumber: eechestherapy.com)






Nephron

(sumber : http://images.wikia.com)

Sistem perkemihan adalah suatu sistem yang di dalam nya terjadi proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak di pergunakan oleh tubuh. Zat yang tidak di pergunakan oleh tubuh akan larut dalam air dan di keluarkan berupa urine dan zat yang di perlukan oleh tubuh beredar kembali dalam tubuh melalui pembuluh kapiler darah ginjal, masuk kedalam pembuluh darah dan selanjut nya beredar ke seluruh tubuh. Sistem perkemihan ini merupakan suatu rangkaian organ yang terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra.

1.    Ginjal 
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak dirongga retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap kemedial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur – struktur pembuluh darah, system limfatik, system saraf dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal.
Kedua ginjal terletak di kavitas abdominalis bagian atas, di kanan dan kiri kolumna vertebralis di belakang peritoneum (retroperitoneal). Bagian atas ginjal menempel pada permukaan bawah diafragma dan dilindungi oleh rangka iga. Ginjal tertanam pada jaringan lemak yang berfungsi sebagai bantalan dan diselimuti oleh membran jaringan ikat fibrosa yang disebut fascia renalis (Valerie c. Scanlon, 2007,).
Saluran kemih terdiri dari ginjal yang terus menerus-menerus menghasilkan urine, dan berbagai saluran dan reservor yang dibutuhkan untuk membawa urine keluar tubuh. Ginjal juga merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak dikedua sisi kolumna vertebralis, adapun  ginjal kanan sedikit lebih rendah di bandingkan ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati (Sylia A. Price, 2006)

a.    Struktur ginjal
Pada korona atau bagian depan ginjal, tiga area dapat dibedakan. Daerah terluar disebut korteks renalis. Disusun oleh korpuskulum renalis dan tubulus kontortus (Keduanya adalah bagian nefron). Daerah tengah adalah medula renalis, yang disusun oleh lengkung henle dan tubulus kolektivus (juga merupakan bagian nefron). Daerah ketiga adalah pelvis renalis daerah ini tidak berbentuk selapis jaringan, tetapi merupakan sebuah rongga yang dibentuk oleh perluasan ureter dalam ginjal pada hilus
Secara anatomis, ukuran ginjal ± panjang 11,25 cm, lebar 5 cm, tebal 2,5 cm. Posisi di Toracal ke 12 Lumbal ke 3 dibelakang abdomen, posisi ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri karena terdesak oleh hepar (Suyono, 2001).
Lapisan-lapisan pembungkus ginjal :
-bagian dalam : capsula renalis yang berlanjut dengan lapisan permukaan ureter
-bagian tengah : capsula adipose yang merupakan jaringan lemak yang melindungi ginjal dari trauma
-bagian luar : parsia renalis, jaringan ikat yang membungkus dan menghubungkan dengan dinding abdomen posterior, jaringan fleksibel memungkinkan ginjal bergerak dengan lembut saat diafragma bergerak waktu bernafas

Anatomi ginjal dari dalam keluar : renal pelvic , medulla, dan korteks:

1)    Renal pelvis
Renal pelvic merupakan ruang penampung yang besar yang menghubungkan medula dengan ureter. Renal Pelvis berada di tengah tiap ginjal sebagai saluran tempat urin mengalir dari ginjal ke kandung kemih. Bentuk renal pelvis adalah seperti corong yang melengkung di satu sisinya.
Renal pelvis hampir seluruhnya dibungkus dalam lekukan dalam pada sisi cekung ginjal, yaitu sinus. Ujung akhir dari pelvis memiliki bentuk seperti cangkir yang disebut calyces.

Renal pelvis dilapisi oleh lapisan membran berselaput lendir yang lembab yang hanya beberapa sel tebalnya. Membran ini terkait kepada bungkus yang lebih tebal dari serat otot yang halus, yang dibungkus lagi dengan lapisan jaringan yang terhubung. Membran berselaput lendir pada pelvis ini agak berlipat sehingga terdapat ruang bagi jaringan untuk mengembang ketika urin menggelembungkan pelvis. Serat otot tertata dalam lapisan longitudinal dan melingkar. Kontraksi lapisan otot terjadi dengan gelombang yang bersifat periodik yang disebut gerak peristaltis pelvis. Gerakan ini mendorong urin dari pelvis menuju ureter dan kandung kemih. Dengan adanya pelapis pada pelvis dan ureter yang tidak dapat ditembus oleh substansi normal dalam urin, maka dinding struktur ini tidak menyerap cairan.

2)    Medulla renalis
Medula renalis merupakan bagian tengah ginjal, terdiri dari 8- 18 piramida. Bagian apeks dari piramida adalah papilla. Tubulus pada piramida berperan dalam reabsorpsi zat- zat yang terfiltrasi. Renal Medulla berada dibawah Cortex. Bagian ini merupakan area yang berisi 8 sampai 18 bagian berbentuk kerucut yang disebut piramid, yang terbentuk hampir semuanya dari ikatan saluran berukuran mikroskopis. Ujung dari tiap piramid mengarah pada bagian pusat dari ginjal. Saluran ini mengangkut urin dari cortical atau bagian luar ginjal, dimana urin dihasilkan, ke calyces. Calyces merupakan suatu penampung berbentuk cangkir dimana urin terkumpul sebelum mencapai kandung kemih melalui ureter. Ruang diantara piramid diisi oleh cotex dan membentuk struktur yang disebut renal columns.
Ujung dari tiap pyramid, yang disebut papilla, menuju pada Calyces di pusat tengah ginjal. Permukaan papilla memiliki penampilan seperti saringan karena banyaknya lubang-lubang kecil tempat dimana tetesan urin lewat. Setiap lubang merupakan ujung dari sebuah saluran yang merupakan bagian dari nephron, yang dinamakan saluran Bellini; dimana semua saluran pengumpul didalam piramid mengarah. Serat otot mengarah dari calyx menuju papilla. Pada saat serat otot pada calyx berkontraksi, urin mengalir melalui saluran Bellini kedalam calyx(calyces). Urin kemudian mengalir ke kandung kemih melalui renal pelvis dan ureter.

3)    Cortex renalis
Merupakan bagian  paling luar dari ginjal terdiri dari area kortikal dan area juxtamedullari. Mempunyai kapiler- kapiler menembus medula melalui piramid membentuk renal kolum.
Secara anatomis ginjal di bagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medulla ginjal. Didalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan di dalam medulla banyak terdapat duktuli ginjal. Peran ginjal dalam begitu banyak fungsinya seperti penyaringan tidak terlepas dari kerja nefron. Renal cortex merupakan lapisan terluar ginjal. Lapisan ini terletak diantara renal capsule dan Medulla. Bagian atas nephron, yaitu glomerulus dan Henle's loop berada di lapisan ini. Renal cortex adalah jaringan yang kuat yang melindungi lapisan dalam ginjal. Pada orang dewasa, renal cortex membentuk zona luar yang halus tersambung dengan projectil (kolom kortikal) yang menjulur diantara piramid. Dalam lapisan ini terdapat renal corpusle dan renal tubules kecuali untuk bagian dari Henle's loop yang turun kedalam renal medulla. Renal cortex juga mengandung pembuluh darah dan kortikal pembuluh penampung.              

4) Renal capsule (fibrous capsule)
Tiap ginjal dibungkus dalam suatu membran transparan yang berserat yang disebut renal capsule. Membran ini melindungi ginjal dari trauma dan infeksi. Renal capsule tersusun dari serat yang kuat, terutama colagen dan elastin (protein berserat), yang membantu menyokong massa ginjal dan melindungi jaringan vital dari luka. Renal capsule menerima suplai darahnya terutama dari arteri interlobar, suatu pembuluh darah yang merupakan percabangan dari renal arteri utama. Pembuluh darah ini menjalar melalui cortex ginjal dan berujung pada renal capsule. Membrane ini biasanya 2-3 milimeter tebalnya. Pada orang yang normal, renal capsul berwarna merah muda1.


5) Nefron
Nefron merupakan satuan fungsional ginjal. Setiap ginjal mengandung kira-kira 1,3 juta nefron dan tiap nefron dapat membentuk urina sendiri. Selama 24 jam dapat nefron dapat menyaring 170 liter darah. Nefron merupakan unit fungsional pada ginjal. Masing- masing ginjal memiliki sekitar 1 juta nefron, nefron terdiri lima komponen:
1)  kapsula bowman dan glomerulur merupakan tempat terjadinya filtrasi
2)  tubulus proksimal tempat reabsorbi dan beberapa proses sekresi
3)  Lengkung henle: tempat pengenceran dan pemekatan urin terjadi
4)  Tubulus distal: reabsorpsi dan lebih banyak sekresi.
5)  Duktus kolektifus: pemekatan urin dan menyalurkan urin ke renal pelvis.


Secara garis besar dikatakan bahwa nefron terdiri atas dua komponen yaitu komponen tubular yang terdiri dari glomerulus sampai dengan tubulus exretori dan komponen vascular yang terdiri dari kapiler glomerulus dan kapiler (Suyono, 2001).

Pada dasarnya nefron terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :

Glomerulus
Bagian ini mengandung anyaman kapiler yang terletak didalam kapsul bowman dan menerima darah dari arteriola afferen. Glomerulus berdiameter 200 mm, dibentuk oleh invagiansi suatu anyaman kapiler yang menempati kapsula bowmen dimana cairandifiltrasikan. Jumlah filtrate yang dibentuk glomerulus setiap menit dalam semua nefron kedua ginjal disebut laju filtrasi glumerolus (LFR/GFR)
GFR dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu : tekanan arteri, efek kontriksi arteri dan arteriole afferent dan efek aliran darah glomerulus atau laju filtrasi glomerulus. GFR didapatkan melalui hasil perkalian antara tekanan filtrasi dan koefisien filtrasi, tekanan filtrasi adalah tekanan netto yang memaksa cairan keluar melalui membrane glomerulus,
dan ini sama dengan tekanan glomerulus dikurangi jumlah tekanan osmotic koloid glomerulus dan tekanan kapsula sehingga tekanan filtrasi normal sekitar 10 mmHg, Sedangkan Koefisien filtrasi adalah (Kf) merupakan konstantadan merupakan laju filtrasi glomerulus untuk kedua ginjal per mmHg.
GFR = tekanan filtrasi x Kf
Pada orang normal, GFR mencapai 125 ml/menit, tetapi dalam berbagai keadaan dapat berubah sampai 200 ml/menit. Dengan kata lain dalam sehari sekitar 180 liter cairan tersaring, dan lebih dari 99% filtrat tersebut biasanya direarbsorsi didalam tubulus dan sisanya dikeluarkan dalam bentuk urin.
Filtrasi glomerulus merupakan proses yang pasif, tidak selektif, dimana cairan dan zat- zat terlarutnya terdorong melalui membran semipermeabel melalui tekanan hidrostatik. Sejumlah volume cairan yang terfiltrasi dari darah ke dalam kapsula bowman dalam setiap menitnya disebut dengan Glomerular Filtration Rate (GFR).
GFR dipengaruhi oleh 3 faktor :
a.       Total permukaan yang memungkinkan untuk proses filtrasi
b.      Permeabilitas membrane filtrasi
c.       Total tekanan filtrasi
Tekanan filtrasi ditentukan oleh kekuatan tekanan yaitu tekanan hidrostatik yang mendorong dan tekanan osmotik yang menarik. Perbedaan kedua tekanan tersebut yang menentukan tekanan total dari tekanan filtrasi.
GFR normal pada orang dewasa adalah 120- 125 ml/ menit. Keadaan tersebut dipertahankan tetap oleh kontrol intrinsik yang disebut dengan autoregulasi renal. Autoregulasi dicapai dengan beberapa mekanisme yaitu: mekanisme myogenik yang mengontrol diameter arteriol afferen yang berespon terhadap perubahan tekanan pada pembuluh darah. Tekanan darah yang meningkat menyebabkan pembuluh darah renal kontriksi. Kontrol intrinsik yang lain adalah mekanisme renin- angiotensin. Sel khusus yang disebut dengan aparatus jukstaglomerullus yang berada di tubulus distal. Renin dikeluarkan oleh sel jukstaglomerulus kebanyakan dipacu oleh adanya penurunan tekanan dalam system sirkulasi


Tubulus
Tubulus merupakan bagian dari nefron ginjal. Didalam tubulus zat yang masuk dari glomerulus kedalam tubulus ginjal di rearbsorbsi dan di sekresi secara selektif  oleh epitel tubulus, dan cairan yang dihasilkan memasuki pelvis ginjal sebagai urine.
Sekresi sangat penting dalam menentukan ion kalium, hydrogen, dan beberapa zat lain didalam urine. Tubulus menskresikan kelebihan jumlah cairan kedalam urin bila cairan tubuh terlalu encer dan banyak, dan mensekresikan kelebihan jumlah solut bila cairan tersebut terlalu pekat. Ini dilakukan tubulus dalam menjalankan salah satu fungsi ginjal, yaitu mengatur osmolaritas cairan tubuh.

a.       Tubulus proksima konvulta, tubulus ginjal yang berhubungan langsung dengan kapsula bowman dengan panjang 15 mm dengan diameter 33 mikrometer, bentuknya berkelok-kelok berjalan dari korteks, kebagian medulla lalu kembali ke kortek, sekitar 2/3 natrium yang terfiltrasi akan diabsorbsi secaara isotonic bersama klorida. Proses ini melibatkan transport aktif natrium, peningkatan absorbs natrium akan mengurangi pengeluaran air dan natrium, hal ini dapat mengganggu pengenceran dan pemekatan urine normal, lebih dari 70 % kemungkinan kalium direabsorbsi dan dengan mekanisme transport aktif akan terpisah dari reabsorbsi natrium.
b.      Ansa henle, bentuknya lurus dan tebal di teruskan kesegmen tipis selanjutnya ke segmen tebal, panjangnya 12 mm, klorida secara aktif diserap kembali kecabang asenden lengkung henle, dan natrium bergerak secara pasif untuk mempertahankan kenetralan listrik, sekitar 25% natrium yang difiltrasi, diserap kembali karena darah nefron, tidak permeable terhadap air, reabsorbsi klorida dan natrium di pars asenden penting untuk pemekatan urine karena membantu mempertahankan integritas gradient konsentrasi medulla, kalium terfiltrasi 20-25% direabsorbsi pada pars asenden, lengkung henle
c.       Tubulus distal konvulta , bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok dan letaknya jauh dari kapsula bowman, panjangnya 55mm, tubulus distal dari nefron bermuara pada duktus koligent yang panjangnya 20 mm, masing2 duktus koligent berjalan melalui korteks dan medulla ginjal bersatu membentuk suatu duktus yang berjalan lurus, dan bermuara pada duktus berlini, seterusnya menuju kaliks minor ke kaliks mayor, dan akhirnya mengosongkan isinya kedalam pelvis renalis pada apeks masing-masing pyramid medulla ginjal.
d.      Duktus koligentis medulla,  saluran yang secara metabolic tidak aktif, pengaturan secara halus dari eksresi natrium urin terjadi disini dengan aldosteron yang paling berperan terhadap reabsorbsi natrium. Duktus ini memiliki kemampuan mereabsorbsi dan menyekresi kalium. Eksresi aktif kalium dilakukan pada duktus koligent kartikal dan dikendailkan oleh aldosteron.(Syaifuddin : 2009)
1)    Reabsorpsi Tubulus
Reabsorpsi tubulus berlangsung dari tubulus renalis ke kapiler peritubuler. Dalam waktu 24 jam ginjal membentuk 150 sampai 180 liter filtrat, dan haluaran urine normal selama waktu itu adalah 1-2 liter (Valerie C. Scanlon : 2007)
Pada ginjal yang sehat, nutrien organik seperti asam amino dan glukosa direabsorpsi. Kecepatan dan banyaknya air yang direabsorpsi tergantung dari respon ginjal terhadap hormon-hormon yang berperan. Proses reabsorpsi berbagai zat dapat berlangsung secara aktif diantaranya adalah glukosa, asam amino, laktat, vitamin, sebagian besar ion

2)    Sekresi Tubulus
Banyak zat seperti hidrogen, kalium kreatinin, amonia, dan asam organik berpindah dari darah di kapiler peritubular kedalam tubulus sebagai filtrat. Zat lain yang disekrsikan juga seperti obat-obatan dan zat- zat lain yang tidak dibutuhkan ole tubuh. Proses sekresi ini juga penting dalam mengatur kesseimbangan asam basa. Mekanisme ini juga mengubah komposisi urine. Dalam sekresi tubulus, zat-zat secara aktif di sekresikan dari daerah di kapiler peritubular ke dalam filtrat di tubulus renalis. Zat-zat sisa, seperti amonia dan sejumlah kreatinin, serta produk metabolik obat disekresikan ke dalam fitrat untuk dikeluarkan kedalam urine (Valerine .c. Scalnon :2007)


Proses mempertahankan komposisi dan volume urin normal terjadi melalui tahap- tahap sebagai berikut:
a)    Bagian desenden lengkung henle lebih permeabel terhadap air, natrium dan klorida, masuk melalui proses diffusi. Bagian interstisial yang hiperosmotik menyebabkan air bergerak keluar dari bagian desenden sehingga filtrat menjadi lebih pekat.
b)    Lumen bagian asenden lengkung henle impermeabel terhadap air, tetapi dapat dilewati oleh natrium dan klorida masuk ke interstisial di medula. Dengan demikian filtrat di medula menjadi hipoosmotik dan interstisial menjadi hiperosmotik. bagian dalam medula.
c)    Saat filtrat melewati bagian asenden lengkung henle dan memasuki tubulus distal, natrium dan klorida dikeluarkan/ berpindah sedangkan air ditahan sehingga filtrate menjadi lebih encer. Kadar natrium dan volume cairan diatur oleh tiga hormone yaitu :
a. ADH, ADH disekresi dari hipofisis anterior sebagai respon dari adanya peningkatan osmolaritas plasma
b. Aldosteron, Aldosteron dan kontrol kadar kalium, kalium terfiltrasi secara bebas di glomerulus dan 65% direabsorpsi di tubulus proksimal. Sekresi kalium juga dikaitkan dengan natrium dan ion hidrogen. Peran hormon paratiroid, vitamin D dan kalsitonin dalam pengaturan keseimbangan kalsium dan posfat di ginjal. Dua pengatur utama keseimbangan kalisum dan posfat adalah hormon paratiroid dan vitamin D.
c. Atrial Neuretic Peptide, Pembersihan produk- produk buangan, ginjal mampu mengeluarkan produk buangan yang larut dalam air dan beberapa zat kimia dari tubuh. Peptida ini disekresikan dari sel natrium jantung sebagai respon dari peningkatan regangan pada atrium. Peptida ini meiliki 5 efek antara lain: menghambat sekresi aldosteron, mengurangi pelepasan rennin oleh ginjal, mengurangi pelepasan ADH oleh hipofisis posterior,vasodilatasi, dan Natriuresis dan dieresis.

2.    Ureter
Ureter memiliki panjang sekitar 25- 30 cm. Ureter berfungsi mentransport urin dari ginjal ke kandung kemih. Terdiri dari tiga lapis yaitu epitel mukosa pada bagian dalam, otot polos pada bagian tengah dan jaringan ikat pada bagian luar.
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urine dari pielum ginjal kedalam buli – buli. Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 25- 30 cm. Dinding terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel – sel tradisional, otot polos sirkulair dan longitudinal yang dapat melakukan peristaltic (kontraksi) guna mengeluarkan urine ke buli-buli, ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen, dan sebagian dalam rongga pelvic, lapisan dinding ureter terdiri dari :
a.       Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b.      Lapisan tengah lapisan otot polos
c.       Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Jika suatu sebab terjadi karena sumbatan pada aliran urine, terjadi kontraksi otot polos yang berlebihan yang bertujuan untuk mendorong dan mengeluarkan sumbatan tersebut dari saluran ureter, kontraksi itu dirasakan sebagai nyari kolik yang dating secara berkala, sesuai dengan irama kontraksi ureter, Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju buli – buli secara anatomis beberapa tempat yang diameternya relatif lebih sempit dari pada tempat lain, sehingga batu atau benda lain yang berasal dari ginjal sering tersangkut ditempat itu. Tempat penyempitan antara lain adalah :
a.       Pada perbatasan pelvic renalis dan ureter atau pelvic ureter juncson
b.      Tempat ureter menyilang arteri iliaka rongga pelvis
c.       Pada saat ureter masuk ke buli-buli
(Valarie c.scalon, 2007)

            Lokasi Ureter
·         Pars Abnominalis ureter, dalam kavum abdomen ureter terletak dibelakang peritoneum sebelah media anterior muskulus psoas mayor dan ditutupi oleh fasia sub serosa. Vasa spermatika dan ovarika interna menyilang ureter secara oblique, ureter akan mencapai cavum pelvis dan menyilang arteri iliaka externa.
Ureter kanan terletak pada pars desenden duodenum, sewaktu turun kebawah terdapat dikanan bawah dan disilang oleh kolon dextra dan vasa iliaka, dan dekat arpetura pelvis akan dilewati oleh bagian bawah mesentrium dan bagian akhir ileum, ureter kiri disilang oleh vasa koplika sinistra, dekat aperture pelvis superior, dan berjalan dibelakang kolon sigmoid dan mesentrium.

·         Pars pelvic ureter, berjalan pada bagian dinding lateral dari cavum pelvic sepanjang tepi anterior dari insisura iskiadika mayor dan ditutupi oleh peritoneum, ureter dapat ditemukan didepan arteri hipogastrika bagian dalam nervus obturatoris arteri facialis anterior dan arteri hemoroidalis media. Pada bagian bawah insisura iskhiadika mayor ureter agak miring kebagian medial untuk mencapai sudut lateral dari kandung kemih.
·         Ureter pada pria, ureter pria terdapat dalam fisura seminalis, bagian atasnya disilang oleh duktus deferens dan dikelilingi oleh fleksus vesikalis, selanjutnya ureter berjalan obligue sepanjang 2 cm didalam dinding kandung kemih pada sudut lateral trigonum vesika. Sewaktu menembus kandung kemih dinding atas dan diding bawah ureter akan tertutup, sedangkan pada waktu kendung kemih terisi penuh akan membentuk katup (valvula ) yang mencegah urine mengalir balik dari kandung kemih.
(syaifuddin: 2009)


Vaskularisasi ginjal
Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena di alirkan melalui vena renalis yang bermuara kedalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai anatomis dengan cabang-cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan pada salah satu cabang arteri ini, berakibat timbul nya iskemia/nekrosis pada daerah yang dialirinya. Aliran darah ginjal haruss tetap adekuat agar ginjal tetap bertahan, serta untuk mengontrol volume plasma dan elektrolit. Perubahan darah ginjal dapat meningkatkan atau bahkan menurunkan tekanan hidrostatik glomerulus yang akan mempengaruhi GFR, ginjal mememiliki beberapa mekanisme untuk mengontrol aliran darah ginjal, mekanisme ini memebantu dalam mempertahankan fungsi ginjal dan GFR konstatn walaupun terjadi perubahan tekanan darah sistemik, aliran darah ginjal dikontrol oleh mekanisme internal dan eksternal. Mekanisme internal mencakup kemampuan bawaan arteriol eferen dan aferen untuk melebar dan menyempit, yang dapat menentukan seberapa banyak darah mengalir melintasi ginjal, kemampuan bawaan ini disebut otoregulasi. Mekanisme eksternal yang mengatur aliran darah ginjal mencakup efek langsung peningkatan atau penurunan tekanan arteri rata-rata dan efek susunan saraf simpatis. Mekanisme ketiga yang mengatur aliran darah yang memiliki komponen intrarenal dan ekstrarenal adalah hormone yang dihasilkan oleh ginjal dan mempengaruhiseluruh sirkulasi sistemik, hormone ini disebut rennin, yang bekerja melalui pembentukan suatu vasokonstriktor kuat, angiotensin II.


Fisiologi ginjal

Filtrasi, Reabsorbsi, dan Sekresi
Filtrasi mengacu kepada aliran deras plasma menembus kapiler glomerulus kapiler masuk kedalam ruang intersitisium yang mengelilingi pangkal nefron, daerah yang disebut sebagai ruang Bowmen. Di glomerulus sekitar 20% plasma secara terus menerus disaring ke dalam ruang bowman, komposisi filtrate ini sama dengan komposisi plasma, yang berbeda adalah molekul protein biasanya tidak disaring. Filtrate awal berdifusi menembus ruang Bowmen dan menuju pangkal bagian tubulus, yaitu kapsula bowman, untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan melewati bagian tubulus yang lain.
Sedangkan besar zat yang masuk ketubulus dikapsula bowman tidak menetap di tubulus,zat tersebut mengalir kembali kedarah melewati kapiler peritubulus melalui proses reabsorbsi. Zat yang lain ditambahkan kefiltrat urine, yang juga melewati kapiler peritubulus melalui proses sekresi, melalui proses sekresi dan reabsorbsi inilah nefron memanipulasi komposisi dan volume filtrate urine awal untuk menghasilkan urine akhir

Filtrasi Glomerulus
Adalah proses pergerakan sekitar 20% plasma yang masuk ke kapiler glomerulus menembus ke kapiler untuk masuk keruang intertisium, lalu menuju kapsula bowman, pada ginjal yang sehat sel darah merah dan protein plasma hamper tidak ada yang mengalami filtrasi.
Di ginjal , kapiler glomerulus sangat lah permeable terhadap air dan zat terlarut berukuran kecil. Tidak seperti kapiler lain, dorogan filtrasi plasma sepanjang kapiler glomerulus kedalam kapsula bowman lebih besar dibanding denggan reabsorbsi cairan kembali ke kapiler, dengan demikian terjadi filtrasi neto cairan kedalam ruang bowman yang mengalir kemudian berdifusi kedalam kapsula bowman serta keseluruh nefron.
Di glomerulus factor utama yang mendorong filtrasi adalah tekanan kapiler. Di sebagian besar kapiler lainnya tekanan ini rata-rata berukuran 18mmHg : di glomerulus, tekanan rata-rata hamper mencapai 60mmHg. Hal ini disebabkan oleh rendahnya resistensi terhadap aliran yang dibentuk oleh arteriole efferent yang mengaliri glomerulus, dibandingkan arteriole ditempat lain, dengan demikian tekanan hidrostatik yang mencapai glomerulus lebih besar.
Tekanan cairan intertisium diruang Bowmen juga lebih besar dibandingkan tekanan diruang intertisium norml yaitu sekitar 15mmHg  (intertisium normal 3mmHg). Tekanan yang besar ini disebabkan oleh tingginya volume cairan yang masuk kedalam ruang bowman dari glomerulus, sehingga berlawanan dengan filtrasi glomerulus lebih lanjut. Konsentrasi protein kapiler di glomerulus sama dengan konsentrasi dikapiler lain. Seiring dengan didorongnya filtrate bebas protein keruang bowman, dengan tekanan rata-rata keseluruhan 28mmHg.  Gaya ini berlawanan dengan filtrasi glmerulus, tekanan osmotic koloid cairan intertisium (tekanan yang dihasilkan oleh protein intertisium) dalam keadaan normal adalah sekitar 8mmHg dan tekanan ini searah dengan filtrasi glomerulus
Dengan menjumlahkan tekanan filtrasi menembus glomerulus (60mmHg+8mmHg) dan tekanan yang mendorong reabsorbsi (28mmHg+15mmHg) dihasilkan gaya neto 25mmHg yang mendorong filtrasi plasma kedalam ruang intersitium bowman, filtrate ini masuk ke kapsula bowman, mengalir melalui tubulus dan sebagian dari filtrate ini menjadi urin.

Susunan Saraf Simpatis
Saraf simpatis mempersarafi arteriole aferen dan eferen ginjal dan dapat mengabaikan otoregulasi apabila dirangsang,seperti berlaku pada sebagian besar arteriole, rangsangan terhadap saraf simpatis menyebabkan konstriksi arteriole aferen, sehingga terjadi peningkatan resisitensi terhadap aliran, akibatnya aliran darah ke glumerolus menurun sehingga tekanan hidrostatik kapiler dan GFR juga menurun. Namun rangsangan simpatin pada arteriole eferen yang terjadi bersamaan,

serta konstriksi pembuluh itu kemudian menyebabkan darah terbendung di glumerolus. Hal ini malah dapat meningkatkan tekanan hidrostatik kapiler dan filtrasi glumerolus, hasil akhir rangsangan simpatis pada ginjal adalah penurunan bermakna aliran darah ginjal (karena darah yang masuk dan keluar menurun). Dengan sedikit penurunan GFR. Susunan saraf simpatis terangsang apabila terjadi penurunan tekanan darah sistemik .
Penurunan aliran darah ginjal sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah sistemik, bersifat adaptif dan membantu organism bertahan dari suatu krisis hipotensif. Pada hipotensi , air dan garam yang difiltrasi di glomerulus berkurang sehingga yang keluar melalui urine juga berkurang. Hal ini membantu meningkatkan volume darah dan memulihkan tekanan darah.

Renin
Adalah suatu hormone yang dikeluarkan ginjal sebagai respon penurunan tekanan darah dan natrium plasma, sel yang membentuk, mengeluarkan dan mengontrolnya adalah sel nefron yang disebut apparatus jukstaglomerulus (JG). Sekelompok sel ini mencakup sel otot polos arteriol aferen dan sel macula densa sel otot polos berfungsi mensintesis rennin dan sebagai baroreseptor terhadap pemantauan tekanan darah, sel macula densa adalah sebagian dari pars asenden nefron. Sel ini memantau konsentrasi natrium plasma, sel macula densa dan sel arteri aferen terletak berdekatan satu sama lain dititik pars asenden tubulus distal hamper menyentuh glomerulus.
Pada saat sel macula densa memantau perubahan natrium plasma selanjutnya sel tersebut mengirimkan pesan ke sel yang mensekresi rennin
Apabila tekanan darah turun, maka sel otot polos meningkatkan pelepasan rennin, apabila tekanan darah naik maka sel otot polos menurunkan sekresi rennin,apabila kadar natrium berkurang maka sel macula densa akan memberikan sinyal kepada sel penghasil rennin untuk meningkatnya aktivitasnya, begitupun sebaliknya jika kadar natrium meningkat sekresi rennin akan menurun

Setelah dikeluarkan , rennin beredar dalam darah dan bekerja mengkatalis penguraian protein kecil, yaitu angiotensinogen menjadi angiotensinogen I (AI) suatu protein yang terdiri atas 10 asam amino. Angiotensinogen dihasilkan oleh hati, dan kadaarnya dalam darah cukup tinggi, sehingga pelepasan rennin menentukan kecepatan reaksi, tetapi AI bereaksi lebih cepat jika dikatalis dengan enzim pengubah angiotensin (ACE), ACE mengubah AI menjadi 8 peptida asam amino yang disebut dengan Angiotensin II (AII)

Angiotensin II (AII)
Adalah suatu Vasokontriktor yang bekerja pada system vascular untuk meningkatkan kontraksi otot polos sehingga terjadi penurunan garis tengah pembuluh dan peningkatan resistensi perifer total, AII juag merupakan suatu hormone kuat yang beredar dalam darah ke kelenjar adrenal, menyebabkan sintesa hormone mineralokortikoid, aldosteron
  
Aldosteron
Aldosteron beredar dalam darah dan berikatan dengan sel duktus pengumpul di kortiks ginjal, pengikatan aldosteron menyebabkan peningkatan reabsorbsi natrium dan filtran urine, dan menyebabkan natrium masuk kembali ke kapiler peritubulus, karena air seringkali mengikuti perpindahan Na, maka peningkatan reambsorbi Na otomatis juga akan meningkatkan reabsorbsi cairan sehingga volume plasma meningkat, peningkatan ini juga membuat aliran balik vena meningkat dancurah jantung ikut meningkat, sehingga secara langsung meningkatkan tekanan darah sistemik.

Reabsorbsi Ginjal
Adalah  proses kedua yang dilakukan oleh ginjal untuk menentukan konsentrasi suatu zat yang difiltrasi dari plasma, reabsorbsi mengacu kepada pergerakan aktif (memerlukan energy dan selalu diperantarai oleh pembawa) atau pasif (tidak memerlukan energi) suatu zat yang disaring di glomerulus kembali ke kapiler peritubulus, reabsorbsi dapat total (misalkan reabsorbi glukosa) atau parsial (mis. Na, Urea, klorida dan air)

Reabsorbsi Glukosa
Dalam keadaan normal semua glukosa yang difiltrasi akan direabsorbsi oleh transport aktif, terutama ditubulus proksima. Harus ditekankan bahwa ginjal tidak mereabsorbsi semua glukosa, melaiknkan hanya menyaringnya dan mereabsorbsi semua  glukosa yang mungkin. Pangkreas melalui pelepasan insulin yang mengontrol glukosa darah.

Reabsorbsi Natrium
Reabsorbsi ini berlangsung diseluruh tubulus malalui kombinasi difusi sederhana dan transport aktif. Sehingga 60% reabsorbsi natrium terjadi di tubulus proksima dan 25 % dilengkung henle, dan 10 % direabsorbsi di tubulus distal.
Transport natrium keluar dari nefron dan kembali ke perifer dapat bergabung dengan arah yang sama dengan reabsorbsi bahan lain, atau dapat bergabung dalam arah yang berlawanan dengan bahan lain, bahan yang berlawanan itu diantaranya adalah glukosa, asam amino dan clorida.

Reabsorbsi klorida
Reabsorbsi klorida dapat bersifat aktif atau pasif dan hamper selalu bersamaan dengan transport natrium, proses ini dipengaruhi oleh gradient listrik di tubulus. Seperti natrium, reabsorbsi klorida  65% terjadi ditubulus proksima, 25% terjadi di lengkung henle, 10 % ditubulus distal dan duktus pengumpul.

Reabsorbi Kalium
Sebagian besar kalium terletak di intrasel, sebagian besar kalium yang difiltrasi akan direabsorbsi kembali 50% di tubulus proksima, 40% di pars asenden tebal, dan 10 % sisanya di duktus pengumpul di medulla.
Jumlah kalium yang disekresikan bervariasi bergantung pada jumlah kalium yang masuk melalui makanan. Individu yang melakukan diet rendah kalium hanya melakukan filtrasi dan rebsorbsi, dan tidak melakukan sekresi, sekresi kelium oleh duktus pengumpul dirangsang oleh hormone aldosteron yang dikeluarkan oleh korteks adrenal.

Reabsorbsi Asam Amino
Asam amino yang difiltrasi di glumerolus secara aktif akan direabsorbsi di tubulus proksima, semua reabsorbsi asam amino diperantarai  oleh pembawa, Transpor maksimum untuk pembawa berada jauh diatas jumlah asam amino yang difiltrasi, sehingga asama amino tidak terdapat dalam urine normal.


Reabsorbsi Urea
Urea dibentuk dihati sebagai hasil metabolisme protein, karena sangat permeable menembus sebagian besar nefron, urea berdifusi kembali ke kapiler peritubulus, urea mengikuti air sewaktu air direabsorbsi dari filtrate urine yang bergerak menembus nefron, sekitar 50% urea difiltrasi di ujung tubulus proksima, tubulus proksima bersifat tidak permeable terhadap urea, disepanjang rute ini, beberapa tubulus mulai mensekresikan urea ke filtrate.
Harus ditekankan bahwa reabsorbi urea bergantung pada reabsorbsi air, apabila reabsorbsi air rendah maka  semakin banyak urea yang disekresikan, dan demikian sebaliknya. (Elizabeth.J. Crowin : 2009)


3.    Vesika Urinaria / Kandung kemih
Menurut Dr. Nursalam (2010, hlm. 51) kandung kencing bekerja sebagai penampung urine. Organ ini berbentuk buh pir (kendi). letaknya didalam panggul besar.
Kandung kencing/ kandung kemih terletak dibelakang simpisis pubis, berfungsi menampung urin untuk sementara waktu. Terdapat segitiga bayangan yang terdiri atas 3 lubang yaitu 2 lubang ureter dan satu lubang uretra pada dasar kandung kemih yang disebut dengan trigonum/ trigon. Lapisan dinding kandung kencing (dari dalam keluar): lapisan mukosa, submukosa, otot polos dan lapisan fibrosa. Lapisan otot disebut dengan otot detrusor. Otot longitudinal pada bagian dalam dan luar dan lapisan sirkular pada bagian tengah. Ukuran kandung kemih berbeda-beda, vesika urinary adalah bagian yang berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor, yang saling beranyam, Disebelah dalam adalah otot longitudinal, ditengah merupakan otot sirkulair, dan paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa bladder terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti mukosa-mukosa pada pelvis renalis, ureter dan uretra posterior pada dasarnya bladder kedua muara ureter dan miatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum bladder.


Secara anatomis bladder terbagi menjadi 3 permukaan yaitu :
a.       Permukaan yang berbatasan dengan rongga peritoneum
b.      Dua permukaan inferiolateral
c.       Permukaan posterior


Bladder berfungsi menampung urine dari ureter dan mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi. Dalam menampung urine, bladder mempunyai kapasitas maksimal yang volume untuk orang dewasa ± 300 – 450 ml sedangkan untuk anak menurut formula dari koff adalah : Kapasitas Bladder= (umur (tahun) + 2) x 30 ml.
Pada saat kosong, bladder terletak dibelakang simphisis pubis dan pada saat penuh berada diatas simphisis sehingga dapat dipalpasi dan perkusi. Bladder yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan menyebabkan aktivasi pusat miksi dimedulla spinalis segmen sacral S2 – 4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot destrusor, terbukanya leher buli dan relaksasi spinter uretra sehingga terjadi proses miksi.

4.    Uretra
Secara anatomis uretra di bagi menjadi 2 bagian yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli– buli melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi 2 bagian yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani / sperma. Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada pembatasan bladder dan uretra,
serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada pembatasan uretra anterior dan posterior. Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris dipersarafi oleh sistem somatik yang dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang, pada saat kencing.
Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostate dan uretra pars membranase. Dibagian posterior lumen uretra prostatika, terdapat tonjolan verumontanum ini terdapat Krista uretralis. Bagian akhir dari vasdeferen yaitu kedua duktus ejakulatorius terdapat dipinggir kiri dan kanan verumontanum. Panjang uretra wanita ± 3 – 5 cm, sedangkan uretra pria dewasa ± 20 – 25 cm. perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering pada pria.
Letak uretra wanita berada dibawah simphisis pubis dan bermuara disebelah anterior vagina. Didalam uretra bermuara kelenjar piuretra diantara kelenjar skene. Kurang lebih 1/3 medial uretra, terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri dari otot bergaris. Tonus otot sfingter uretra terdapat eksterna dan tonus levator ini berfungsi mempertahankan urine tetap berada didalam buli pada saat perasaan ingin miksi. Miksi terjadi jika tekanan intra vesika melebihi tekanan intrauretra akibat kontraksi otot destrusor dan relaksasi sfingter uretra eksterna. (Elizabeth.J.Crowin : 2009)



B. Defenisi Hydronephrosis, Etiologi, dan Epidemiologi

1.      Hidrinefrosis adalah dilatasi piala atau kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal akibat adanya  obstruksi, obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan di ginjal meningkat.
(Ajiz.M.Farid, Wijaksono.J,Rasyidi.Imam: 2008)
2.      Hidronefrosis adalah membesarnya salah satu ginjal karena urin tidak dapat mengalir keluar. Hal itu dikarenakan akibat penyempitan aliran ginjal atau oleh karena adanya batu ginjal.
(Either:2008)
3.      Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter,pelvic membesar dan terdapat destruksi progresif pada jaringan ginjal.
(John Gibson:2003)


4.      Hidronefrosis merupakan akibat dari akumulasi caairan didalam ginjal, peningkatan tekanan urin menimbulkan tekanan pada sel-sel ginjal. Akibatnya sel-sel ginjal akan rusak, cairan berkumpul dalam ginjal karena sesuatu menyumbat alirannya.
(Caldwell Esther :2003)
5.      Hidronefrosis adalah pelebaran piala ginjal yang penuh dengan air seni sebagai akibat dari pembendungan ureter.
(Andry Hartono:2008)


Etiologi
Obstruksi parsial atau intermitten dapa disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala ginjal , tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya, obstruksi juga dapat disebabkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringa parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut, gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk sudut abnormal dipangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, pada pria lansia penyebab tersering adalah obstruksi pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat, hidronefrosis juga dapat diakibatkan oleh kehamilan akibat pembesaran dan penekanan uterus

Epidemiologi
Penyakit ini menyerang sekitar 4 % dari seluruh populasi dengan rasio 4:1 pria dan wanita, dan penyakit ini disertai morbidias yang sangat nyeri karena rasa nyerinya, di  Amerika serikat 5-10 % penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan diseluruh dunia rata-rata terdapat 1-2 % penduduk yang menderita Obstruksi ureter (hidronephrosis), penyakit ini merupakan penyakit tiga terbanyak dibidang urology disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat (Purnomo :2011 ) penyakit obstruksi saluran kencing merupakan penyakit yang bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia prevalensi penyakit obstruksi diperkirakan sebesar 13 % pada laki-laki dewasa 7% pada perempuan dewasa, empat dari lima pasien adalah laki-laki, angka kejadian obstruksi ureter  di Indonesia pada tahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru, sedangkan pasien yang dirawat adalah 19. 018 orang dengan julah kematian sebesar 378 orang (Anonim :2005)
Sedangkan di Kalimantan selatan khususnya di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin kasus Hidronephrosis pada tahun 2012 terhitung dari bulan Januari sampai bulan Juli adalah sebagai berikut :
.
Bulan
Umur klien
15 – 24
tahun
25 – 44 tahun
45 – 64 tahun
65 tahun ke atas
Januari
-
2


Februari
-
1
1

Maret
-
2
1
1
April
-
2
-
-
Mei
-
4
1
-
Juni
-
6
-
-
Juli
-
1
1
1
Jumlah

19
4
2
Persen(%)

76 %
16%
8 %

Dari data diatas menunjukkan bahwa angka tertinggi terjadi pada usia 25-44 tahun dengan persentase 76 %, yang artinya penderita hidronefrosis lebih banyak diderita pada usia dewasa, hal ini bukan berarti usia muda tidak menutup kemungkinan beresiko menderita hidronefrosis,obstruksi pada saluran kencing pada usia muda memang belum begitu signiftikan karena mungkin factor fungsi organ yang masih berfungsi dengan baik. Oleh karena itu kita harus tetap mempertahankan fungsi organ-organ tersebut agar kelak di masa depan kita terhindar dari banyak penyakit.

C. Patofisiologi Narasi
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua kaliks ginjal akibat adanya obstruksi, obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan diginjal meningkat, apapun penyebab nya jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya kekakuan atau sumbatan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak, obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya, obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Penyumbatan pada saluran kemih  menyebabkan peregangan pada otot  ureter dan merangsang serabut saraf,menyebabkan kontraksi yang sangat nyeri (kolik ginjal), aliran yang tersumbat menyebabkan dilatasi ureter, dan hidronefrosis dengan penghentian ekskresi, bahkan setelah sumbatan diatasi, kerusakan ginjal dapat bersifat menetap, sumbatan pada saluran kemih juga meningkatkan pertumbuhan kuman(ifeksi saluran kemih, pielonefritis)  ,kuman pemecah urea membentuk NH3 dari urea sehingga membuat urin menjadi alkalis, hal ini mendorong pembentukan batu posfat, bahkan tanpa kolonisasi bakteri, pengendapan asam urat didalam ginjal atau garam kalsium dapat menyebabkan pembentukan batu, peradangan dan kerusakan pada jaringan ginjal.

Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk sudut abnormal di pangkal ureter aau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku, hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan karena penekanan oleh uterus, apapun penyebabnya, adanya akumulasi urin di piala ginjal menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal, saat inilah terjadi atrofi ginjal, ketika salah satu ginjal mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal lain beresiko akan mengalami hipertrofi, akhirnya fungsi renal terganggu, nefron terganggu, proses filtrasi ikut terganggu sehingga menyebabkan kreatinin tidak dapat difiltrasi dan mengalami peningkatan jumlah.

yang merupakan penghasil hormone aldosteron juga terganggu, sehingga peningkatan reabsorbsi Na dan air berlebih meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan menyebabkan cardiomegali dan peningkatan TPR yang diiringi peningkatan tekanan darah sistemik, (Brunner and suddarth :2002 ,Elizabeth.J.Crowin : 2009, Silbenagl Stefan :2007)

                                                       
 D. Colaborative Care Managementa. diagnostic test



Ultrasound (USG)


Menggunakan gelombang suara yang dipancarkan kedalam tubuh untuk mendeteksi abnormalitas, organ dalam system urinarius akan menghasilkan gambar-gambar ultrasound yang khas. Pemeriksaan USG merupakan teknik noninvasive dan tidak memerlukan persiapan khusus kecuali menjelaskan prosedur serta tujuannya kepada pasien. Karena sensitifitasnya, pemeriksaan USG telah menggantikan banyak prosedur diagnostic lainnya yang terdahulu.

Kidney Ureter and Bladder
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk melihat ukuran bentuk serta posisi ginjal dan mengidentifikasi semua kelainan seperti Hidronefrosis, kista, tumor , dan pergeseran ginjal

CT scan dan MRI
Merupakan teknik noninvasive yang memberikan gambar penampang ginjal serta saluran kemih yang sangat jelas, kedua pemeriksaan ini akan memberikan informasi tentang luasnya lesi invasive pada ginjal

Intravenous Pyelogram
Memungkinkan visualisasi ginjal, ureter dan kandung kemih, media contras radiopaque, disuntikan secara IV yang kemudian dibersihkan dalam darah, serta dipekatkan oleh ginjal

Urinalisis
Urinalisis dapat memberikan informasi yang penting, meskipun biasanya dilakukan secara rutin saat pasien masuk rumah sakit, dalam pemeriksaan skrinning, pemeriksaan urinalisis dipstick merupakan metode pemeriksaan yag cepat bagi skrinning pasien yang simptomatik untuk mendeteksi substansi tertentu.

Pemeriksaan Hematology
Seperti halnya Urinalisis, pemeriksaan darah juga dilakukan secara rutin bagi pasien yang dirawat, namun pemeriksaan ini sangat berguna untuk melihat adanya penurunan eritrosit, indikasi adanya infeksi, kadar serum kreatinin dan sebagainya.
(Brunner and Suddarth : 2002)


b. Medication
pada awalnya analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri, Opioid (injeksi morfin sulfat;petidin Hidroklorida) atau obat anti inflamasi nonsteroid (misalkan ketorolac dan naproxen) dapat diberikan, bergantung intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter, pemberian antibiotic dapat dilakukan apabila terdapat infeksi saluran kemih,produksi asam urat dapat dikurangi dengan pemberian alopurinal. (Esther Chang, John Daly : 2010)

c. Surgery
- Open Surgery
Pada open surgery, akan dilakukan pembedahan untuk melihat ureter dimana penyempitan berada. Pembedahan lain dilakukan langsung pada ureter itu sendiri dan batu secara langsung diambil jika penyebab obstruksi adalah batu. Open surgery adalah terapi invasif yang paling banyak dilakukan. Ini kadang kala menimbulkan komplikasi. Banyak pasien membutuhkan waktu sekitar 6 minggu untu pemulihan setelah operasi.

-Percutaneous Nephrolitotipsy (PCNL)
Untuk mencapai akses perkutan, urolog atau radiologmemasang kabel penuntun fleksibel berukuran kecil di bawah kontrolfluoroskopi melalui pinggang pasien ke dalam ginjal lalu turun keureter. Jika sudah dicapai, saluran dilebarkan sampai ukuran 30 F.

-Ileal Conduit
Dimana ureter dicangkokkan pada potongan ileum, yang dihubungkan pada lubang dinding abdomen

-Uuretero Sigmoidectomi
Dimana ureter dihubungkan dengan sigmoid , urin dialirkan lewat colon, dan keluar melalui rectum

-Ureterostomy Cutaneous
Ureter ditarik kedinding abdomen dan dihubungkan melalui lubang abdomen

-Prosedur Camey
Uretra dianastomosiskan dengan bagian ileum yang terisolir, dan berfungsi sebagai pengganti kandung kemih.


d. Treatment
NEFROSTOMI
A. Drainase Nefrostomi
Selang nefrostomi dimasukkan langsung ke dalam ginjal untuk pengalihan aliran urin temporer atau permanen secara percutan atau melalui luka insisi. Sebuah selang tunggal atau selang nefrostomi sirkuler atau U-loop yang dapat tertahan sendiri dapat digunakan. Drainase nefrostomi diperlukan utuk drainase cairan dari ginjal sesudah pembedahan, memelihara atau memulihkan drainase dan memintas obstruksi dalam ureter atau traktus urinarius inferior. Selang nefrostomi dihubungkan ke sebuah system drainase tertutup atau alat uostomi.

B. Nefrostomi Perkutaneus
Pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari ureter yang tersumbat, membuat suatu jalur pemasangan stent ureter, menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur, menutup fistula, memberikan obat, memungkinkan penyisipan alat biopsy bentuk sikat dan nefroskop atau untuk melakukan tindakan bedah tertentu.
Daerah kulit yang akan dinsisi dipersiapkan serta dianestesi, dan pasien diminta untuk menarik nafas serta menahannya pada saat sebuah jarum spinal ditusukkan ke dalam pelvis ginjal. Urin diaspirasi untuk pemeriksaan kultur dan media kontras dapat disuntikkan ke dalam system pielokaliks.Seutas kawat pemandu kateter angografi disisipkan lewat jarum tersebut ke dalam ginjal. Jarum dicabut dan saluran dilebarkan dengan melewatkan selang atau kawat pemandu. Selang nefrostomi dimasukkan dan diatur posisinya dalam ginjal atau ureter, difiksasi dengan jahitan kulit serta dihubungkan dengan system drainase tertutup.


e. Diet
Pengelolaan diet pasien penting untuk semua jenis gangguan ginjal, kolaborasi antar perawat , ahli diet dan dokter, diperlukan dalam mengimplementasikan diet yang mengandung cukup kalori supaya terhindar dari katabolisme protein , sekaligus menghindari kelebihan nitrogen.
Katabolisme akan meningkatkan BUN karena pemakaian otot sebagai sumber protein tubuh, pada umumnya protein tubuh dibatasi sampai 0,5g/kg berat badan perhari, asupan karbohidrat dipertahankan pada 100g/kg perhari. Untuk pasien dengan hiponatremia, natrium , kalium ,dan air bebas harus dibatasi, pasien yang tidak dapat menoleransi makanan peroral yang cukup dapat diberikan nutrisi parenteral

a.      Activity
Pasien dengan hidronefrosis akan mudah lelah, sehingga terjadi intoleransi aktivitas, anemia yang dialami pasien juga meningkatkan rasa cepat lelah, pasien yang sakit akut, perlu tirah baring untuk mengurangi kebutuhan metabolic. Kegiatan dapat ditingkatkan perlahan, jika fungsi ginjal sudah membaik, keseimbangan kegiatan dan istirahat perlu diperhatikan, apabila tenaga pasien sudah pulih , pasien dianjurkan untuk jalan-jalan sebagai latihan aeerobik.
(Mary Baradero, Mary Wilfrid Dayit, Yakobus Siswandi:2009)







b.      Health Education
Konsumsi air yang cukup. setidaknya 2 liter air sehari atau satu gelas setiap jamnya (lebih banyak bila cuaca panas atau banyak beraktivitas fisik). Dengan meminum banyak air, urin Anda bertambah sehingga mengurangi konsentrasi garam dan mineral.
Konsumsi vitamin A. Asupan vitamin A sebesar 5000 IU per hari (setara 60 gram wortel) akan mencegah pembentukan batu ginjal perlu ditekankan bahwa karena kelebihan vitamin A justru menyebabkan masalah kesehatan lain.
Batasi mengkonsumsi sumber kalsium tinggi berlebihan  Kelebihan kalsium akan meningkatkan risiko batu ginjal jika tidak di imbangi dengan asupan air yang cukup.
Batasi mengkonsumsi vitamin C dan D karena dapat mempermudah pengkristalan kalsium oksalat. Konsumsi 3 atau 4 gram vitamin C dan 400 IU vitamin D setiap hari sudah memenuhi kebutuhan sebagian besar orang.
Kembangkan pola hidup aktif. Kalsium adalah unsur pembentuk tulang. Dengan hidup aktif, membantu pembentukan kalsium menjadi tulang. Sebaliknya, gaya hidup kurang gerak mendukung kalsium untuk beredar dalam darah dan berisiko untuk kristalisasi. (duniafitnes.com)



E.     Nursing Management
Assessment
Data subjektif : data subjektif harus mencakup semua masalah informasi mengenai pola berkemih. Termasuk perubahan pola terakhir, mual dan muntah, riwayat pasien dan keluarga pasien tentang penyakit ginjal atau trauma ginjal, obat-obatan yang pernah dipakai (dengan resep atau beli sendiri),pembedahan,kelainan congenital, diet tinggi kalsium atau purine, episode dehidrasi, mobilisasi yang lama


Data Objektif : Informasi yang diperoleh dari pengumpulan data objektif meliputi jumlah urin dalam 24 jam, tekanan darah yang biasanya akan meningkat pada pasien gangguan ginjal, status cairan untuk mengetahui adanya edema turgor kulit, , hasil auskultasi paru, frekuansi dan irama denyut nadi, skala nyeri, keparahan dan lokasi nyeri, observasi tanda-tanda infeksi (demam,disuria, poliuria), adanya hematuria,

Nursing diagnosis

diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus ini adalah :
·         Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan mekanisme regulasi cairan tidak berfungsi
·         Nyeri berhubungan dengan inflamasi, obstruksi dan abrasi traktus urinarius
·         Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan mual,anoreksia dan pembatasan nutrisi
·         Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan biokimia
·         Resiko infeksi berhubungan dengan kolonisasi bakteri
·         Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan status kesehatan
·         Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan sikap acuh terhadap informasi dan lupa

Expected patient Outcome
a.       Menunjukkan berkurangnya nyeri
b.      Menunjukkan peningkatan prilaku sehat untuk mencegah kekambuhan
-          Mengkonsumsi masukan cairan dalam jumlah besar (10-12 gelas perhari)
-          Mengkonsumsi diet yang telah deresepkan untuk menghindari factor predisposisi
-          Mengidentifikasi gejala yang harus dilaporkan ke tenaga kesehatan (nyeri,demam,hematuria)
-          Mematuhi medikasi sesuai yang dianjurkan untuk mengurangi pembentukan batu
c.       Tidak adanya komplikasi
-          Tidak ada memperlihatkan tanda sepsis dan infksi
-          Berkemih sebanyak 200-400ml urine jernih tana mengandung sel darah setiap kali berkemih
-          Melaporkan tidak adanya disuria, frekuensi, dan hesistansi
-          Memperlihatkan suhu normal

d.      Nursing Intervention
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
-    Taati pembatasan cairan
-    Pantau tetesan infuse
-    Pantau asupan dan haluaran cairan
-    Ukur tanda-tanda vital
-    Kaji kesadaran pasien

Mengurangi nyeri
-    Pengurangan segera terhadap nyeri yang parah, dilakukan dengan analgesic narkotik, pemberian secara IV atau IM dapat diresepkan untuk mengurangi nyeri dengan cepat, pasien didorong dan dibantu untuk berbaring pada posisi yang nyaman, jika aktivitas dapat mengurangi nyeri, pasien dibantu untuk ambulasi, nyeri dipantau dengan ketat, dan peningkatan nyeri dilaporkan ke dokter.



Meningkatkan nutrisi
Biasanya pasien tidak dapat mentoleransi makanan peroral, karena dapat mencetuskan mual karena perubahan lingkungan dan biokimia dan iritasi uremic pada gastrointestinal, apabila makanan peroral dapat ditoleransi, protein dan kalium perlu dibatasi. Protein diberikan secukupnya saja agar protein otot tidak terpakai, makanan tinggi karbohidrat dan lemak dapat menjadi sumber, energy sehingga tubuh tidak memakai protein yang disimpan dalam otot, makanan yang tinggi karbohidrat dan lemak dapat mengurangi produksi nitrogen nonprotein.

Meningkatkan istirahat / keseimbangan aktifitas
istirahat perlu digunakan untuk menunjang proses pemulihan yang meliputi tirah baring ketika tahap akut, membantu pasien melakukan aktifitas hidup sehari-hari agar tidak menghabiskaan tenaganya,ambulasi apabila status ginjal sudah memungkinkan, dan waktu yang tepat untuk istirahat direncanakan.

Mnecegah infeksi
Intervensi yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi adalah menghindari sumber infeksi (membatasi pengunjung), memperhatikan teknik aseptic ketika melakukan prosedur, terutama prosedur invasive, menjaga kebersihan kulit, mementau tanda-tanda infeksi.


Penyuluhan pasien dan keluarga
Pasien lebih mampu menerima informasi pada tahap akut, materi yang dapat dimasukkan dalam pendidikan kesehatan meliputi :
-    Penyebab sumbatan
-    Informasi tentang obat yang diberikan
-    Terapi diet
-    Tanda dan gejala eksaserbasi gagal ginjal haluaran berkurang tanpa mengurangi asupan cairan,retensi cairan.
-    Cara mencegah infeksi dan tanda infeksi
-    Perawatan lanjutan


e.       Evaluation

a.       Menunjukkan berkurangnya nyeri
b.      Menunjukkan peningkatan prilaku sehat untuk mencegah kekambuhan
-      Mengkonsumsi masukan cairan dalam jumlah besar (10-12 gelas perhari)
-      Mengkonsumsi diet yang telah deresepkan untuk menghindari factor predisposisi
-      Mengidentifikasi gejala yang harus dilaporkan ke tenaga kesehatan (nyeri,demam,hematuria)
-      Mematuhi medikasi sesuai yang dianjurkan untuk mengurangi pembentukan batu 
c.       Tidak adanya komplikasi
-          Tidak ada memperlihatkan tanda sepsis dan infksi
-          Berkemih sebanyak 200-400ml urine jernih tana mengandung sel darah setiap kali berkemih
-          Melaporkan tidak adanya disuria, frekuensi, dan hesistansi
Memperlihatkan suhu normal
(Brunner and Suddarth : 2002, Mary Baradero,Mary Wilfrid, Yakobus.S : 2009)